APRIL 2000
Untuk Sobatku,
Hai Von, aku sudah terima suratmu. Aku sedikit tertawa membaca suratmu terutama pernyataanmu tentang sholatku. Mungkin kau berpikir kenapa aku tertawa, bukankah kata-katamu sangat sederhana? “By, aku iri karena sholatmu tak pernah bolong sejak kelas dua SD. Sementara aku baru mulai sholat sekarang saat usiaku hampir 20 tahun.” Aku tertawa karena kau masih menganggapku anak solehah versi Islam. Aku ingin mengatakan kepadamu bahwa semua itu hanya masa lalu. Masa lalu yang membuatku menyesal. Kenapa aku menyesal? Karena aku telah melakukan suatu kebodohan yang teramat bodoh.
Von, mungkin kau tak mengerti jalan pikiranku. Yang jelas sejak 8 tahun yang lalu, setelah engkau pindah dari Makassar, aku bukanlah lagi Aby sobat kecilmu yang solehah seperti yang kau kenal. Seorang anak yang begitu bodoh mengajakmu sholat dan mengaji bersama di masjid.
Von sobat bodohku, andai kau dapat melihatku sekarang. Dimana aku berdiri tegap (walaupun sebenarnya setengah memaksa) dan dengan bangga mengatakan padamu bahwa AKU SEORANG YANG TAK BERIMAN. Benar! Aku seorang yang tak berkeyakinan. Mungkin sekarang aku adalah orang asing bagimu, bagi orang lain, bahkan mungkin bagi diriku sendiri (dari sisi hatiku yang lain). Sungguh saat ini, aku sama sekali tak mengenal diriku. Aku yang penuh dengan keraguan, kebimbangan, kebingungan, keterasingan dan kepedihan. Ya aku merasakan suatu kepedihan yang sangat. Entah mengapa. Tapi, aku bangga dengan kekafiranku. Dan aku benci dengan orang munafik seperti mereka. Setidaknya aku masih punya harga diri untuk tidak mengatakan bahwa aku seorang Muslim, sementara di otakku masih tersimpan seribu satu tanda tanya. Kamu taukan pelajaran SMP kita bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati, juga di SMU kita dapat pelajaran teori evolusi yang akhirnya aku mneyimpulkan bahwa aku tidak diciptakan oleh siapapun. Namun, semua kehidupan terjadi dengan sendirinya, begitu alami.
KEBENARAN, ITULAH YANG KUCARI! Apakah kau tak berfikir seperti itu juga? Atau kamu masih seperti dulu, selalu tertidur di kelas sehingga mendengar pun tak sempat apalagi berpikir. Atau hanya aku saja yang berpikir secerdas itu? He…he…he….
APRIL 2001
Beristighfar? Von, kenapa kamu selalu saja mengatakan hal yang sama. Sungguh., kali ini aku tidak hanya tertawa sedikit tapi terbahak-bahak, saat kubaca suratmu yang menyuruhku membaca surah-surah Al-Qur’an yang salah satunya surah Al-Ikhlash yang masih sampe sekarang kuhafal di luar kepala. Aku tau kamu pasti ingin bertanya dengan sedikit jengkel atau mungkin dengan muka merah padam, kenapa aku tertawa sekeras itu. Karena aku pikir, nasehatmu sangat tak masuk akal, sobat. Bagaimana mungkin aku bisa percaya bahwa ada Tuhan dan Dialah Allah berdasarkan surah-surah Al-Qur’anmu itu. Kamu tau sendirikan darimana Kitab Sucimu itu berasal, kata Guru Agama SD kita Al-Qur’an itu diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril yang kemudian di teruskan ke Muhammad untuk disampaikan kepada manusia (atau kamu tidur saat itu?). Berarti kalau Tuhannya saja aku tak percaya, apatah lagi Al-Qur’an yang katanya dari Dia. Aku pikir ini suatu KEBOHONGAN BESAR.
Eh Von, aku tau kamu pasti ingin menghancurleburkanku sampai rata dengan tanah. Dan jikalau kau ada di sini, minimal kau melemparku dengan lima kursi berturut-turut, seperti yang dulu sering kau lakukan bila marah. Sorry ya, aku telah menghina Tuhan, Rasul, dan Kitabmu (kata ini juga untuk para pembaca yang naik pitam). Tapi, aku ini kan hanya ingin mengungkapkan isi kepalaku.
APRIL 2002
Di awal suratku yang ini mungkin kamu akan menertawaiku. Tidak apa-apa, aku hanya memberimu kesempatan tertawa diawal saja kok.. Karena setelah menghina Tuhanmu dan segenap pejabatnya, kosan aku terbakar, dan yang terbakar hanya kamarku. Yang lain selamat. Saat itu aku dikelilingi oleh api yang menyala-nyala yang siap membakarku setiap saat. Asap pun membuat napasku terasa sesak. Kegalauan menerpaku. Dan refleks kuserahkan diriku sepenuhnya kepada Tuhan (entah siapa Tuhan itu aku tak peduli) untuk melawan api yang membara itu. Aku berhasil keluar. Dan api pun berhasil dipadamkan. Mungkin kali ini giliranmu tertawa, namun cukup deh ketawanya. Karena hanya saat itu aku berpikir tentang Tuhan, sebab bisa saja hal tersebut terjadi secara kebetulan. Mungkin kebakaran disebabkan oleh listrik koslet. Mungkin kau akan berkata aku ini terlalu sombong. Terlalu angkuh untuk mengakui bahwa ada kekuatan gaib yang menguasai hidupku. Terserah. Yang jelas AKALKU INI TAK BISA DIPAKSA dengan berbagai fakta-fakta gaib. Kutuklah, jika aku ini seorang pendosa besar. Aku tak akan peduli, karena penentu berdosa atau tidaknya aku toh tidak jelas. Aku ini hanya butuh PEMBUKTIAN YANG PASTI!
APRIL 2003
Apa? Ngaji? Yang benar saja? Masa ada sih, ajaran agama yang membuktikan Tuhan, Rasul, dan Al-Qur’an itu benar secara akal? Selama ini kan, kau tau sendiri, kalo seluruh agama yang ada di dunia ini pake doktrin alias maksa dan tak boleh bertanya macam-macam. Kamu bilang aku bisa dapatin di kajian ISLAM IDEOLOGIS? Yang ini, tak akan menyodorkan surah Al-Ikhlash lagi kan?
APRIL 2004
Von! Gila, KU TEMUKAN TUHAN!!! Bukan hanya dalam lingkungan besar seperti penciptaan jagat raya tapi juga di lingkungan yang sangat kecil, di dalam sel. Sungguh, Tuhan sangat hebat yang telah berhasil mengatur perjalanan metabolisme makanan kita hingga ke sel. Juga pengaturan kromosom-kromosom yang demikian canggihnya. Yang oleh MANUSIA SEKALIPUN DENGAN AKALNYA TAK AKAN MAMPU MEMBUATNYA. Ini pastilah bukan suatu kebetulan. Apa kamu tau itu? Kamu tak tidur lagi kan? Bukan hanya keberadaan Tuhan. Tapi juga aku telah menemukan sebuah agama yang sempurna, dimana segala hal diatur di dalamnya. Ternyata selama ini kita tak menyadari kehebatan agama kita sendiri. Mungkin karena KITA TAK PERNAH MEMPELAJARINYA SEBAGAI SUATU IDEOLOGI (seperti sosialis dan kapitalis), padahal Islamkan bukan sebatas agama (aturan kita dengan Tuhan dan diri kita) tapi juga mengatur hubungan kita dengan orang lain dalam seluruh aspek (sosial, politik, ekonomi, hukum, dll). Pokoknya Islam kherrren abis deh!
APRIL 2005
Von, tolong sampaikan kepada Tuhanmu dan Tuhanku tentang isi kepalaku dan perasaanku saat ini:
“Aku tak tau apakah aku telah berlari mendekati-Mu, ataukah aku hanya berjalan mendekati-Mu, atau mungkin aku tak mendekati-Mu walau 1/100 jengkal. Tuhan, mungkin memang aku tak sanggup berlari bahkan menggeser tubuhku kepadamu aku tak mampu. Namun izinkanlah aku memohon agar Kau kuatkan kedua kaki lemahku agar kumampu berlari secepat kilat kepadaMu. Dan jikalau ternyata aku takbisa mendekatiMu, maka maafkanlah aku karena aku yang kurang ajar ini ingin memohon lagi padaMu. : JIKALAU KUTAKMAMPU BERLARI, BERJALAN, MERANGKAK KEPADAMU, MAKA BERLARILAH PADAKU dan dekaplah aku, tolong jangan lepaskan karena aku sangat ingin di sisiMu. Sungguh!”
“ Tuhan… mungkin hati ini tak bergetar ketika disebut namaMu. Mungkin iman ini tetap tipis saat mendengarkan ayat-ayatMu. Namun izinkanlah aku memohon agar Kau mau membuat hatiku bergetar saat disebut namaMu. Dan jikalau ternyata hatiku tak peka. Maka maafkanlah aku karena aku yang sok ini ingin memohon lagi padaMu: JIKALAU HATIKU TAK BERGETAR SAAT DISEBUT NAMAMU, MAKA KUMOHON BERIKANLAH HATIMU agar kubisa merasakan kehadiranMu di sisiku. Sehingga ketika ku melihat Engkaulah yang menjadi mataku, ketika kumendengar Engkaulah yang menjadi telingaku, ketika kuberbicara seakan Engkaulah yang menjadi lidahku, ketika kuberpikir Engkaulah yang menjadi akalku, dan ketika kubergerak Engkaulah menjadi anggota badanku. Karena aku sangat merindukanMu.”
“Tuhan… Mungkin aku tak wajar disebut-sebut oleh para malaikat. Mungkin aku tak pantas menjadi kekasihMu. Namun izinkanlah aku memohon agar Kau beri kepopuleran kepadaku di kalangan para malaikat dan buatlah aku pantas menjadi kekasihMu. Dan jikalau ternyata dengan segala kemampuan yang Kau titipkan padaku, ternyata kutak lulus menjadi kekasihMu, maka maafkanlah aku yang tergila-gila ini memohon lagi padaMu: JIKALAU AKU TAK LAYAK DISEBUT-SEBUT PARA MALAIKAT DAN TAK PANTAS MENJADI KEKASIHMU, MAKA KUHARAP ENGKAU MAU MEMAKSA PARA MALAIKAT UNTUK SETIAP 1/1000 DETIK MENYEBUT NAMAKU DAN KUHARAP PULA ENGKAU MEMAKSA DIRI UNTUK MENJADI KEKASIHKU. Dan biarkanlah ikatan antara aku dan Kau tersimpul selamanya. Selamanya. Bukan hanya sampai mata ini terpejam untuk terakhir kalinya di bumi. Bukan hanya sampai aku bertemu denganMu di Surga. Bukan hanya sebatas itu. Tapi aku ingin selamanya. Dan jikalau kata selamanya pun dibatasi oleh waktu, maka buatlah sehingga tidak terbatas. Karena aku sangat mencintaiMu, Tuhan! Aku sangat mencintaiMu! Sungguh!!! LEBIH DARI KEYAKINAN AKAN KEBERADAANKU SAAT INI.”
Von, jangan lupa sampaikan ke Tuhan! Awas, kalo tidur melulu!
2005, kosanku di Makassar.
Semoga Allah Mengampuni Sang Pendosa ini
( Lenrang )
dikutip dari
Untuk Sobatku,
Hai Von, aku sudah terima suratmu. Aku sedikit tertawa membaca suratmu terutama pernyataanmu tentang sholatku. Mungkin kau berpikir kenapa aku tertawa, bukankah kata-katamu sangat sederhana? “By, aku iri karena sholatmu tak pernah bolong sejak kelas dua SD. Sementara aku baru mulai sholat sekarang saat usiaku hampir 20 tahun.” Aku tertawa karena kau masih menganggapku anak solehah versi Islam. Aku ingin mengatakan kepadamu bahwa semua itu hanya masa lalu. Masa lalu yang membuatku menyesal. Kenapa aku menyesal? Karena aku telah melakukan suatu kebodohan yang teramat bodoh.
Von, mungkin kau tak mengerti jalan pikiranku. Yang jelas sejak 8 tahun yang lalu, setelah engkau pindah dari Makassar, aku bukanlah lagi Aby sobat kecilmu yang solehah seperti yang kau kenal. Seorang anak yang begitu bodoh mengajakmu sholat dan mengaji bersama di masjid.
Von sobat bodohku, andai kau dapat melihatku sekarang. Dimana aku berdiri tegap (walaupun sebenarnya setengah memaksa) dan dengan bangga mengatakan padamu bahwa AKU SEORANG YANG TAK BERIMAN. Benar! Aku seorang yang tak berkeyakinan. Mungkin sekarang aku adalah orang asing bagimu, bagi orang lain, bahkan mungkin bagi diriku sendiri (dari sisi hatiku yang lain). Sungguh saat ini, aku sama sekali tak mengenal diriku. Aku yang penuh dengan keraguan, kebimbangan, kebingungan, keterasingan dan kepedihan. Ya aku merasakan suatu kepedihan yang sangat. Entah mengapa. Tapi, aku bangga dengan kekafiranku. Dan aku benci dengan orang munafik seperti mereka. Setidaknya aku masih punya harga diri untuk tidak mengatakan bahwa aku seorang Muslim, sementara di otakku masih tersimpan seribu satu tanda tanya. Kamu taukan pelajaran SMP kita bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati, juga di SMU kita dapat pelajaran teori evolusi yang akhirnya aku mneyimpulkan bahwa aku tidak diciptakan oleh siapapun. Namun, semua kehidupan terjadi dengan sendirinya, begitu alami.
KEBENARAN, ITULAH YANG KUCARI! Apakah kau tak berfikir seperti itu juga? Atau kamu masih seperti dulu, selalu tertidur di kelas sehingga mendengar pun tak sempat apalagi berpikir. Atau hanya aku saja yang berpikir secerdas itu? He…he…he….
APRIL 2001
Beristighfar? Von, kenapa kamu selalu saja mengatakan hal yang sama. Sungguh., kali ini aku tidak hanya tertawa sedikit tapi terbahak-bahak, saat kubaca suratmu yang menyuruhku membaca surah-surah Al-Qur’an yang salah satunya surah Al-Ikhlash yang masih sampe sekarang kuhafal di luar kepala. Aku tau kamu pasti ingin bertanya dengan sedikit jengkel atau mungkin dengan muka merah padam, kenapa aku tertawa sekeras itu. Karena aku pikir, nasehatmu sangat tak masuk akal, sobat. Bagaimana mungkin aku bisa percaya bahwa ada Tuhan dan Dialah Allah berdasarkan surah-surah Al-Qur’anmu itu. Kamu tau sendirikan darimana Kitab Sucimu itu berasal, kata Guru Agama SD kita Al-Qur’an itu diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril yang kemudian di teruskan ke Muhammad untuk disampaikan kepada manusia (atau kamu tidur saat itu?). Berarti kalau Tuhannya saja aku tak percaya, apatah lagi Al-Qur’an yang katanya dari Dia. Aku pikir ini suatu KEBOHONGAN BESAR.
Eh Von, aku tau kamu pasti ingin menghancurleburkanku sampai rata dengan tanah. Dan jikalau kau ada di sini, minimal kau melemparku dengan lima kursi berturut-turut, seperti yang dulu sering kau lakukan bila marah. Sorry ya, aku telah menghina Tuhan, Rasul, dan Kitabmu (kata ini juga untuk para pembaca yang naik pitam). Tapi, aku ini kan hanya ingin mengungkapkan isi kepalaku.
APRIL 2002
Di awal suratku yang ini mungkin kamu akan menertawaiku. Tidak apa-apa, aku hanya memberimu kesempatan tertawa diawal saja kok.. Karena setelah menghina Tuhanmu dan segenap pejabatnya, kosan aku terbakar, dan yang terbakar hanya kamarku. Yang lain selamat. Saat itu aku dikelilingi oleh api yang menyala-nyala yang siap membakarku setiap saat. Asap pun membuat napasku terasa sesak. Kegalauan menerpaku. Dan refleks kuserahkan diriku sepenuhnya kepada Tuhan (entah siapa Tuhan itu aku tak peduli) untuk melawan api yang membara itu. Aku berhasil keluar. Dan api pun berhasil dipadamkan. Mungkin kali ini giliranmu tertawa, namun cukup deh ketawanya. Karena hanya saat itu aku berpikir tentang Tuhan, sebab bisa saja hal tersebut terjadi secara kebetulan. Mungkin kebakaran disebabkan oleh listrik koslet. Mungkin kau akan berkata aku ini terlalu sombong. Terlalu angkuh untuk mengakui bahwa ada kekuatan gaib yang menguasai hidupku. Terserah. Yang jelas AKALKU INI TAK BISA DIPAKSA dengan berbagai fakta-fakta gaib. Kutuklah, jika aku ini seorang pendosa besar. Aku tak akan peduli, karena penentu berdosa atau tidaknya aku toh tidak jelas. Aku ini hanya butuh PEMBUKTIAN YANG PASTI!
APRIL 2003
Apa? Ngaji? Yang benar saja? Masa ada sih, ajaran agama yang membuktikan Tuhan, Rasul, dan Al-Qur’an itu benar secara akal? Selama ini kan, kau tau sendiri, kalo seluruh agama yang ada di dunia ini pake doktrin alias maksa dan tak boleh bertanya macam-macam. Kamu bilang aku bisa dapatin di kajian ISLAM IDEOLOGIS? Yang ini, tak akan menyodorkan surah Al-Ikhlash lagi kan?
APRIL 2004
Von! Gila, KU TEMUKAN TUHAN!!! Bukan hanya dalam lingkungan besar seperti penciptaan jagat raya tapi juga di lingkungan yang sangat kecil, di dalam sel. Sungguh, Tuhan sangat hebat yang telah berhasil mengatur perjalanan metabolisme makanan kita hingga ke sel. Juga pengaturan kromosom-kromosom yang demikian canggihnya. Yang oleh MANUSIA SEKALIPUN DENGAN AKALNYA TAK AKAN MAMPU MEMBUATNYA. Ini pastilah bukan suatu kebetulan. Apa kamu tau itu? Kamu tak tidur lagi kan? Bukan hanya keberadaan Tuhan. Tapi juga aku telah menemukan sebuah agama yang sempurna, dimana segala hal diatur di dalamnya. Ternyata selama ini kita tak menyadari kehebatan agama kita sendiri. Mungkin karena KITA TAK PERNAH MEMPELAJARINYA SEBAGAI SUATU IDEOLOGI (seperti sosialis dan kapitalis), padahal Islamkan bukan sebatas agama (aturan kita dengan Tuhan dan diri kita) tapi juga mengatur hubungan kita dengan orang lain dalam seluruh aspek (sosial, politik, ekonomi, hukum, dll). Pokoknya Islam kherrren abis deh!
APRIL 2005
Von, tolong sampaikan kepada Tuhanmu dan Tuhanku tentang isi kepalaku dan perasaanku saat ini:
“Aku tak tau apakah aku telah berlari mendekati-Mu, ataukah aku hanya berjalan mendekati-Mu, atau mungkin aku tak mendekati-Mu walau 1/100 jengkal. Tuhan, mungkin memang aku tak sanggup berlari bahkan menggeser tubuhku kepadamu aku tak mampu. Namun izinkanlah aku memohon agar Kau kuatkan kedua kaki lemahku agar kumampu berlari secepat kilat kepadaMu. Dan jikalau ternyata aku takbisa mendekatiMu, maka maafkanlah aku karena aku yang kurang ajar ini ingin memohon lagi padaMu. : JIKALAU KUTAKMAMPU BERLARI, BERJALAN, MERANGKAK KEPADAMU, MAKA BERLARILAH PADAKU dan dekaplah aku, tolong jangan lepaskan karena aku sangat ingin di sisiMu. Sungguh!”
“ Tuhan… mungkin hati ini tak bergetar ketika disebut namaMu. Mungkin iman ini tetap tipis saat mendengarkan ayat-ayatMu. Namun izinkanlah aku memohon agar Kau mau membuat hatiku bergetar saat disebut namaMu. Dan jikalau ternyata hatiku tak peka. Maka maafkanlah aku karena aku yang sok ini ingin memohon lagi padaMu: JIKALAU HATIKU TAK BERGETAR SAAT DISEBUT NAMAMU, MAKA KUMOHON BERIKANLAH HATIMU agar kubisa merasakan kehadiranMu di sisiku. Sehingga ketika ku melihat Engkaulah yang menjadi mataku, ketika kumendengar Engkaulah yang menjadi telingaku, ketika kuberbicara seakan Engkaulah yang menjadi lidahku, ketika kuberpikir Engkaulah yang menjadi akalku, dan ketika kubergerak Engkaulah menjadi anggota badanku. Karena aku sangat merindukanMu.”
“Tuhan… Mungkin aku tak wajar disebut-sebut oleh para malaikat. Mungkin aku tak pantas menjadi kekasihMu. Namun izinkanlah aku memohon agar Kau beri kepopuleran kepadaku di kalangan para malaikat dan buatlah aku pantas menjadi kekasihMu. Dan jikalau ternyata dengan segala kemampuan yang Kau titipkan padaku, ternyata kutak lulus menjadi kekasihMu, maka maafkanlah aku yang tergila-gila ini memohon lagi padaMu: JIKALAU AKU TAK LAYAK DISEBUT-SEBUT PARA MALAIKAT DAN TAK PANTAS MENJADI KEKASIHMU, MAKA KUHARAP ENGKAU MAU MEMAKSA PARA MALAIKAT UNTUK SETIAP 1/1000 DETIK MENYEBUT NAMAKU DAN KUHARAP PULA ENGKAU MEMAKSA DIRI UNTUK MENJADI KEKASIHKU. Dan biarkanlah ikatan antara aku dan Kau tersimpul selamanya. Selamanya. Bukan hanya sampai mata ini terpejam untuk terakhir kalinya di bumi. Bukan hanya sampai aku bertemu denganMu di Surga. Bukan hanya sebatas itu. Tapi aku ingin selamanya. Dan jikalau kata selamanya pun dibatasi oleh waktu, maka buatlah sehingga tidak terbatas. Karena aku sangat mencintaiMu, Tuhan! Aku sangat mencintaiMu! Sungguh!!! LEBIH DARI KEYAKINAN AKAN KEBERADAANKU SAAT INI.”
Von, jangan lupa sampaikan ke Tuhan! Awas, kalo tidur melulu!
2005, kosanku di Makassar.
Semoga Allah Mengampuni Sang Pendosa ini
( Lenrang )
dikutip dari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar